GAJAH DAN ORANG BUTA
Oleh: Ar-Rumi
Pada suatu ketika, di sebuah desa yang dihuni oleh
orang-orang buta. Kemudian Suatu hari, seekor gajah datang ke desa tersebut. Karena
tak satu pun dari mereka yang pernah melihat seekor gajah sebelumnya, mereka semua
berkerumunan disekeliing Gajah untuk mengetahui seperti apa binatang tersebut. Pria
yang menyentuh bokongnya berkata:
" Gajah itu seperti cabang pohon teba
". "Tidak! Ini seperti pilar", kata yang lain yang menyentuh kaki . " Kalian berdua salah!", Kata orang buta ketiga yang menyentuh ekor :" Gajah
itu seperti tali “. " Oh Tidak!", Teriak
yang lain yang meraba perut Gajah: "Gajah itu seperti dinding". Dan seorang pria buta lainnya yang menyentuh gading berkata " Ayo, Kalian! Gajah hanyalah seperti pipa padat ". Mereka mulai berdebat dan bertengkar tentang gajah, dan masing-masing bersikeras bahwa dia yang
benar. Mereka sudah
gelisah dan frustrasi satu sama lain.
Tiba-tiba seorang
bijak melewati desa tersebut,
ketika ia mendengar teriakan. Dia berhenti
dan bertanya: "Apa yang terjadi disini". Dan mereka
mereka
menjelaskan dan mengatakan
kepadanya bahwa mereka tidak sepakat
tentang apa itu gajah, dan masing-masing mengatakan kepadanya
apa yang mereka simpulkan dari hasil penelitian mereka .
Kemudian orang
bijak itu tersenyum dan berkata: "Semua anda benar adanya”. Namun karena masing-masing dari anda menyentuh bagian yang berbeda dari gajah, Anda semua memiliki gambaran yang berbeda dari apa yang tampak seperti
seekor gajah. Dan karena masing-masing dari anda membayangkan
gajah melalui pengalamannya sendiri, bukan berarti
bahwa gambaran orang lain dari gajah adalah salah. Seekor gajah memiliki semua fitur yang anda gambarkan, dan banyak lagi. Tapi anda
tidak pernah tahu apa gajah adalah dengan hanya menyentuh satu bagian dari gajah".
Jangan lupa bahwa setiap dari kita adalah
melihat versi yang berbeda dari realitas; aspek kecil dari kehidupan yang
diwarnai dengan persepsi dan pengalaman kita sendiri. Semakin banyak kita
menerima bagaimana untuk melihat kehidupan melalui perspektif orang lain, maka
kita mendapatkan versi lebih kaya dari kita miliki.
Begitu juga tentang ma’rifah manusia pada
tuhannya, semua orang berbeda dalam syuhud, berbeda dalam muraqabah, maka
berbeda pula dalam mendapatkan ma’rifah tuhannya.
Dan juga dalam memahami dan menafsirkan alquran,
semua mahzab fiqh, mazhab tariqat, mazhab tauhid, dan mazhab lainnya berbeda
dalam memahami ayat-ayat Alquran dan Hadits, sehingga terjadi perbedaan dalam
menyimpulkan hukum dan syariat yang kita jalani. Jadikan perbedaan sebagai
hikmah, karena Islam merupakan Agama Rahmatan Lil ‘Alamiin, bukan malah
sebaliknya, Agama Islam ini menjadi pertikaian dan permusuhan yang saling
merugikan muslim itu sendiri.
Seorang muallaf akan keluar kata-kata:
“Untunglah aku lebih mengenal Islam lebih dulu sebelum masuk Islam daripada
mengenal muslimnya”.
Perilaku dan identitas kita sebagai muslim telah
banyak berubah dari yang seharusnya.
No comments:
Post a Comment