Monday, May 12, 2014

Gajah dan Orang Buta



GAJAH DAN ORANG BUTA
Oleh: Ar-Rumi

Pada suatu ketika, di sebuah desa yang dihuni oleh orang-orang buta. Kemudian Suatu hari, seekor gajah datang ke desa tersebut. Karena tak satu pun dari mereka yang pernah melihat seekor gajah sebelumnya, mereka semua berkerumunan disekeliing Gajah untuk mengetahui seperti apa binatang tersebut. Pria yang menyentuh bokongnya berkata:
" Gajah itu seperti cabang pohon teba ". "Tidak! Ini seperti pilar", kata yang lain yang menyentuh kaki . " Kalian berdua salah!", Kata orang buta ketiga yang menyentuh ekor :" Gajah itu seperti tali “. " Oh Tidak!", Teriak yang lain yang meraba perut Gajah: "Gajah  itu seperti dinding". Dan seorang pria buta lainnya yang menyentuh gading berkata " Ayo, Kalian! Gajah hanyalah seperti pipa padat ". Mereka mulai berdebat dan bertengkar tentang gajah, dan masing-masing bersikeras bahwa dia yang benar. Mereka sudah gelisah dan frustrasi satu sama lain.
Tiba-tiba seorang bijak melewati desa tersebut, ketika ia mendengar teriakan. Dia berhenti dan bertanya: "Apa yang terjadi disini". Dan mereka mereka menjelaskan dan mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak sepakat tentang apa itu gajah, dan masing-masing mengatakan kepadanya apa yang mereka simpulkan dari hasil penelitian mereka .
Kemudian orang bijak itu tersenyum dan berkata: "Semua anda benar adanya”. Namun karena masing-masing dari anda menyentuh bagian yang berbeda dari gajah, Anda semua memiliki gambaran yang berbeda dari apa yang tampak seperti seekor gajah. Dan karena masing-masing dari anda membayangkan gajah melalui pengalamannya sendiri, bukan berarti bahwa gambaran orang lain dari gajah adalah salah. Seekor gajah memiliki semua fitur yang anda gambarkan, dan banyak lagi. Tapi anda tidak pernah tahu apa gajah adalah dengan hanya menyentuh satu bagian dari gajah".
Jangan lupa bahwa setiap dari kita adalah melihat versi yang berbeda dari realitas; aspek kecil dari kehidupan yang diwarnai dengan persepsi dan pengalaman kita sendiri. Semakin banyak kita menerima bagaimana untuk melihat kehidupan melalui perspektif orang lain, maka kita mendapatkan versi lebih kaya dari kita miliki.
Begitu juga tentang ma’rifah manusia pada tuhannya, semua orang berbeda dalam syuhud, berbeda dalam muraqabah, maka berbeda pula dalam mendapatkan ma’rifah tuhannya.
Dan juga dalam memahami dan menafsirkan alquran, semua mahzab fiqh, mazhab tariqat, mazhab tauhid, dan mazhab lainnya berbeda dalam memahami ayat-ayat Alquran dan Hadits, sehingga terjadi perbedaan dalam menyimpulkan hukum dan syariat yang kita jalani. Jadikan perbedaan sebagai hikmah, karena Islam merupakan Agama Rahmatan Lil ‘Alamiin, bukan malah sebaliknya, Agama Islam ini menjadi pertikaian dan permusuhan yang saling merugikan muslim itu sendiri.
Seorang muallaf akan keluar kata-kata: “Untunglah aku lebih mengenal Islam lebih dulu sebelum masuk Islam daripada mengenal muslimnya”.
Perilaku dan identitas kita sebagai muslim telah banyak berubah dari yang seharusnya.

No comments: